Skip to main content

Pentas Seni KPSI

Ini merupakan pentas episode ketiga di tahun ketiga. Bertempat di Cafe Gallery, Komplek TIM (Taman Ismail Marzuki), Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat. Di hari itu, sejak pukul 17.00 WIB, digelar acara bertema, "Sastra & Budaya: Bagaimana Memilih Bacaan yang Berkualitas dan Berwawasan".

Adapun yang menjadi agenda acara adalah serangkaian pagelaran yang dipastikan memukau seperti memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei, dengan pembacaan monolog Josephine Maria dan Billy Aryo cs.

Bincang santai mengenai "Pengaruh Jejaring Sosial Dunia Maya terhadap Menjamurnya Buku Buku" yang diterbitkan Penerbit Indie. Sesi ini menghadirkan barisan panelis. 

Yakni, Tini Sastra (aktivis perempuan & pendidikan, pengamat sastra), Salma Indria Rahman (penulis buku anak dan pendongeng dengan boneka jari), Bundo Free (dosen dan pemerhati budaya, pembicara di berbagai event budaya dalam dan luar negeri), penulis buku "Kabin Pateh" - Weni Suryandari, dan pengarang Kotak Hitam - Cepi Sabre. Dengan moderator Helga Inneke Worotitjan, pendiri Inspirasi Indonesia.

Tentu saja, ada penampilan seni. Ada monolog dari Kabin Pateh yang dimainkan Akidah Gauzilah. Dongeng boneka jari oleh Salma Indria Rahman. Teaterikalisasi: Gila-Kotak Hitam yang digelar StagemanArt. Musik Akustik dari Billy Aryo cs.

Tak ketinggalan penampilan KPSI berupa pembacaan puisi Josephine Maria, Abe, Emi. Musikalisasi puisi Bintang Jakarta dan Tini Sastra. Menyanyikan lagu hasil kolaborasi Masita Riany, Abe, dan Do Ro.

Penyelenggara kegiatan ini adalah KPSI bekerjasama dengan Café Gallery TIM. Tentu bersama motto mereka: Bergerak. Bersenyawa. Berbudaya.
Kita berbeda-beda tapi tetap satu. (BB-Aspulis)


Comments

Popular posts from this blog

Monolog: Ibu, Dimanakah Pancasila?

Nasionalisme adalah modal bagi anak bangsa untuk mempertahankan kedaulatan  seluruh rakyat dengan pilar kearifan lokal yang menjadi tiang budaya bangsa sebagai penyaring budaya luar agar menjadi bangsa yang memiliki identitas dan berkepribadian. Telah dirumuskan Pancasila oleh para pendiri bangsa sebagai dasar dan pondasi negara, mencakup kemajemukan yang dilambangkan sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dimana arti perbedaan bukanlah celah untuk terpecah-belah, tetapi justru celah yang harus diisi oleh kesatuan paham dalam semangat Nasionalisme. Karena itu, mari kita tanyakan kepada Sang Ibu …..… Ibu, Dimanakah Pancasila? Seorang anak bertanya kepada ibunya, Ibu, dimanakah Pancasila? Bukankah ia rumah kita? Bukankah ia identitas bangsa kita? Sembari tersenyum, Sang Ibu berkata, Anakku, Pancasila itu ada di sekeliling kita, Banyak manusia bisa melihat sekeliling dengan matanya, Tetapi mereka tak bisa melihat dengan hati nurani Ia ada di detak jantung buruh-buruh yan...

Asupan Sastra Reboan Malam Ini

Forum Sastra Reboan malam ini, Rabu, 25 Februari 2015, mengambil tema “Asupan”. Kali ini, forum itu akan menyuguhkan berbagai menu. Ada pengenalan buku antologi puisi “Titik Temu”. Buku ini menampilkan karya 60 penulis sastra seperti Masita Riany, Fendy Kachonk, Umira Ramata, Dewi Nova, dan lain-lain. Menurut Yo Sugianto, salah satu motor Sastra Reboan, forum itu juga akan diramaikan oleh sejumlah penyair dari Bandung. “Penyair dari Bandung yakni Ratna M.Rochiman, Epiis Gee dan Rezky Darojatus Solihin akan tampil, khusus datang untuk Sastra Reboan bersama penyair Matdon,” tutur Yo dalam akun Facebooknya. Pembaca puisi lainnya adalah Diana Prima Resmana, penulis dari Forum Sastra Bekasi dan Yoni Efendi, karyawan yang ingin menerbitkan buku puisi karyanya sendiri. Tak kalah menarik adalah penampilan tari Salsa yang dibawakan Athika Rahma Nasu, seorang penari dan instruktur. Ada pula Sanggar Svadara – Traditional Dance and Music, yang merupakan perkumpulan pecinta ...

Pembuktian Ilmiah Manfat Meditasi

Tiga puluh tahun yang lalu, setelah gelombang hippy yang melanda dunia selama satu dekade mereda, dunia barat menemukan satu ilmu baru yang dapat mereka jadikan sebagai pegangan hidup yaitu meditasi. Ilmu ini sebelumnya tidak mereka tanggapi secara serius, karena praduga mereka yang mengaitkan meditasi dengan ilmu setan, ilmu tukang sihir dan sebagainya. Mereka takut bila belajar meditasi, jiwanya tidak dapat diselamatkan dan pintu sorga tertutup untuk selama-lamanya. Pemikiran kaum tradisional konservatif ini tidak terlalu ditanggapi secara serius oleh kaum hippy yang menganggap bahwa mereka menjadi budak dogma selama berabad-abad dan dikungkung dalam lingkup pandangan penuh curiga terhadap pandangan-pandangan maupun cara hidup yang lain. Oleh karena itu, mereka berusaha lebih bersahabat dengan alam, mereka umumnya memiliki pandangan yang jauh lebih terbuka, tak terikat pada dogma, sehingga siap menerima sesuatu yang baru dan sangat "exciting" yaitu med...