Skip to main content

Ajang Apresiasi Pecinta Sastra

indosiar.com, Jakarta - Di era internet, dunia penulisan semakin berkembang tanpa batas. Banyak orang mulai melirik untuk menulis menuangkan ide-ide kreatifnya di internet melalui media bernama blog. Tidak hanya terbatas pada tulisan-tulisan pribadi, banyak juga yang menulis cerpen, novel bahkan puisi.

Dari blog-blog tersebut, banyak lahir penulis atau sastrawan baru dan berusia muda. Tak sedikit karya-karya mereka, bisa disebandingkan dengan karya para penulis atau sastrawan yang sudah lebih dulu terkenal. Namun sayangnya, sangat sedikit tempat atau wadah untuk mengapresiasikan karya para penulis tersebut. Apalagi tempat untuk penulis puisi membacakan karya sastranya. Ibarat kata, bisa menulis tapi tak ada panggung untuk mengapresiasikannya.

Berawal dari keadaan itu, Komunitas Pasar Malam (Paguyuban Sastra Rabu Malam) yang dimotori oleh Johannes Sugiarto, seorang penulis puisi, mengadakan acara bertajuk "Sastra Reboan", yang digelar setiap Rabu malam akhir bulan, bertempat di Warung Apresiasi Sastra (Wapres), Bulungan, Jakarta Selatan. 

Jangan tanya bagaimana para pecinta sastra ini mengadakan acara tersebut, karena mereka tak mengandalkan bantuan para sponsor tetapi dikelola dengan swadaya dari anggota Komunitas Pasar Malam. 

Menurut Johannes Sugianto atau yang akrab dipanggil Yo, Sastra Reboan sengaja dikemas ala gado-gado. "Ada teater, pembacaan puisi atau cerita mini, monolog dan musik. Ini dimaksudkan untuk mendekatkan sastra pada masyarakat dan tidak rumit untuk dinikmati. Sebagaimana slogan Sastra Reboan : Banyak Pintu Menuju Sastra, banyak cara untuk memperkenalkan sastra. Sastra tetap ditampilkan dengan elegan, tidak bengis maupun sakral," kata Yo. 

Seperti dalam hajatan ke-10 Sastra Reboan yang berlangsung Rabu, 29 Januari 2009, yang menghadirkan sastrawan dari negeri Jiran, Malaysia, Dato' Dr Ahmad Kamal Abdullah atau dikenal sebagai Kemala, penulis novel Kurnia Effendi, Diah Hadaning, Kirana Kejora dan Abi dari Komunitas Sastra Jalanan Indonesia, serta grup musik November Band, yang menemani para pengunjung menikmati makanan ringan dan kopi dengan alunan musik mereka. Dalam kesempatan itu, Dato' Kemala mengutarakan keinginannya agar Indonesia dan Malaysia bekerja sama membentuk Award Kesusteraan. 

Sastra Reboan telah menjadi rumah bagi para pencinta sastra tanah air, tanpa ada sekat antara penulis sastra ternama maupun yang sedang belajar menulis sastra, seniman ataupun pekerja kantoran yang biasa menulis di blog. Mereka menyatu di panggung yang sama untuk berapresiasi.(Kiagus Wahyudi/Ijs)

Comments

Popular posts from this blog

Monolog: Ibu, Dimanakah Pancasila?

Nasionalisme adalah modal bagi anak bangsa untuk mempertahankan kedaulatan  seluruh rakyat dengan pilar kearifan lokal yang menjadi tiang budaya bangsa sebagai penyaring budaya luar agar menjadi bangsa yang memiliki identitas dan berkepribadian. Telah dirumuskan Pancasila oleh para pendiri bangsa sebagai dasar dan pondasi negara, mencakup kemajemukan yang dilambangkan sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dimana arti perbedaan bukanlah celah untuk terpecah-belah, tetapi justru celah yang harus diisi oleh kesatuan paham dalam semangat Nasionalisme. Karena itu, mari kita tanyakan kepada Sang Ibu …..… Ibu, Dimanakah Pancasila? Seorang anak bertanya kepada ibunya, Ibu, dimanakah Pancasila? Bukankah ia rumah kita? Bukankah ia identitas bangsa kita? Sembari tersenyum, Sang Ibu berkata, Anakku, Pancasila itu ada di sekeliling kita, Banyak manusia bisa melihat sekeliling dengan matanya, Tetapi mereka tak bisa melihat dengan hati nurani Ia ada di detak jantung buruh-buruh yan...

Asupan Sastra Reboan Malam Ini

Forum Sastra Reboan malam ini, Rabu, 25 Februari 2015, mengambil tema “Asupan”. Kali ini, forum itu akan menyuguhkan berbagai menu. Ada pengenalan buku antologi puisi “Titik Temu”. Buku ini menampilkan karya 60 penulis sastra seperti Masita Riany, Fendy Kachonk, Umira Ramata, Dewi Nova, dan lain-lain. Menurut Yo Sugianto, salah satu motor Sastra Reboan, forum itu juga akan diramaikan oleh sejumlah penyair dari Bandung. “Penyair dari Bandung yakni Ratna M.Rochiman, Epiis Gee dan Rezky Darojatus Solihin akan tampil, khusus datang untuk Sastra Reboan bersama penyair Matdon,” tutur Yo dalam akun Facebooknya. Pembaca puisi lainnya adalah Diana Prima Resmana, penulis dari Forum Sastra Bekasi dan Yoni Efendi, karyawan yang ingin menerbitkan buku puisi karyanya sendiri. Tak kalah menarik adalah penampilan tari Salsa yang dibawakan Athika Rahma Nasu, seorang penari dan instruktur. Ada pula Sanggar Svadara – Traditional Dance and Music, yang merupakan perkumpulan pecinta ...

Pembuktian Ilmiah Manfat Meditasi

Tiga puluh tahun yang lalu, setelah gelombang hippy yang melanda dunia selama satu dekade mereda, dunia barat menemukan satu ilmu baru yang dapat mereka jadikan sebagai pegangan hidup yaitu meditasi. Ilmu ini sebelumnya tidak mereka tanggapi secara serius, karena praduga mereka yang mengaitkan meditasi dengan ilmu setan, ilmu tukang sihir dan sebagainya. Mereka takut bila belajar meditasi, jiwanya tidak dapat diselamatkan dan pintu sorga tertutup untuk selama-lamanya. Pemikiran kaum tradisional konservatif ini tidak terlalu ditanggapi secara serius oleh kaum hippy yang menganggap bahwa mereka menjadi budak dogma selama berabad-abad dan dikungkung dalam lingkup pandangan penuh curiga terhadap pandangan-pandangan maupun cara hidup yang lain. Oleh karena itu, mereka berusaha lebih bersahabat dengan alam, mereka umumnya memiliki pandangan yang jauh lebih terbuka, tak terikat pada dogma, sehingga siap menerima sesuatu yang baru dan sangat "exciting" yaitu med...