Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2014

Reportase: KOPI Sastra dan Sastra Reboan

KOPI Sastra menghadiri acara Sastra Reboan ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan. Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.   Musikalisasi puisi dibawakan oleh D-Minor, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha A. Baesuni. D-Minor membawakan puisi karya Taufik Ismail dan dua buah puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu. Nugraha A. Baesuni membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul “Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api” adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah dalam perjalanan menuju Sastra Reboan malam itu, tepatnya dalam sebuah kereta api yang kami tumpangi. Selengkapnya:  Reportase: KOPI Sastra dan Sas...

Momentum Menyapa di Sastra Reboan

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam pengertian fisika, momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda. Dan momentum itulah yang menggerakkan banyak pengunjung untuk hadir di acara Sastra Reboan, Rabu (26/2/2014), di Warung Apresiasi, Bulungan, Jakarta Selatan. Dalam contoh lain, seperti disampaikan salah satu penggemar puisi, Umi Widarti, yang sudah lama tak hadir dalam acara sastra. Ia merindukan kata-kata, bercengkerama dengan teman-teman, menyerap aura sastra yang ada di Sastra Reboan. Momentum itu yang menyapa tiga jurnalis bertemu dalam wadah yang sama: membaca puisi. Mereka juga bertemu penyair lain, yang lama tak terlihat karena bermukim di Ternate. Bersama mereka naik panggung, membacakan puisinya. Pembaca puisi lainnya juga saling bertemu, karena terbelenggu kesibukan dan belum ada kebaikan hati dari waktu.

Tercipta Dari Tanah Yang Sama

Akhir tahun lalu saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional, 10 Desember 2014, dengan menjadi editor bagi sebuah buku antologi puisi bertema HAM dengan judul Titik Temu. Buku ini diterbitkan oleh Komunitas Kampoeng Jerami tepat pada hari HAM dengan melibatkan 60 penulis dari seluruh Indonesia dan dari beragam kalangan. Buku ini telah diluncurkan dan dibahas di Radio Republik Indonesia (RRI) Sumenep Jawa Timur oleh Komunitas Kampoeng Jerami pada bulan Januari 2015. Selain itu juga dibedah dalam kegiatan rutin Komunitas Sastra Reboan, Bulungan, Jakarta pada Pebruari lalu. Menyusul kegiatan-kegiatan itu, dalam tahun ini beberapa agenda komunitas lain akan menyertakan Titik Temu sebagai bahan perbincangan seperti di Tangerang, Bandung dan Bengkulu. Karena kebetulan saya terlibat di dalamnya, saya hendak memakai buku ini sebagai sumber inspirasi bagaimana martabat perempuan dimuliakan melalui tulisan-tulisan. Memang, pui...