No: 33/Eks/03/XII/IP-Bdg/12
Bandung, 31 Maret 2012
Hal: UNDANGAN LIPUTAN
PELUNCURAN BUKU: KREDO dan PUISI-PUISI FEMINIS “SEPERTI PAGI”
Kepada Yth.
Ibu/Bapak Redaktur Media/Pers
Di Tempat
Salam Solidaritas,
Berbagai
permasalahan perempuan saat ini terus mencuat, khususnya ancaman
terhadap kedaulatan tubuh perempuan, mulai dari berlakunya UU Pornografi
dan peraturan perundang-undangan daerah yang cenderung
mengkriminalisasi tubuh perempuan, berbagai pernyataan pejabat
penyelenggara Negara yang penuh kebencian terhadap perempuan, hingga
dibentuknya Satgas Anti Pornografi baru-baru ini. Di tengah berbagai
keprihatinan tersebut, para feminis terus melakukan perlawanan, termasuk lewat membangun: bahasa perempuan.
Kami, INSTITUT PEREMPUAN dengan bangga menerbitkan BUKU: KREDO dan PUISI-PUISI FEMINIS “SEPERTI PAGI”, karya penyair feminis R. Valentina Sagala. Prolog: “Ketika Sang Feminis Jatuh Cinta” oleh Ayu Utami.
Meminjam pernyataan Ayu Utami dalam Prolognya, “Kerinduan
menemukan bahasa yang lebih cair, lebih mampu mengungkapkan pengalaman
perempuan (maupun yang bukan perempuan tetapi juga bukan lelaki) pun
menjadi kerinduan para feminis dan pejuang keadilan jender. Tapi, bahasa
seperti apa itu bahasa yang tidak maskulin? Diam-diam para feminis tahu
bahwa peradaban harus memberi kesempatan yang lebih luas bagi yang
bukan nalar-analitis untuk mengungkapkan diri dan mencari bentuknya yang
terbaik.”
"Kredo"
adalah bahasa Kristiani dari syahadat. Syahadat, kredo, adalah
pengakuan iman. Buku ini bisa dikatakan terdiri dari dua bagian:
syahadat dan syair-syair. Syahadatnya menyatakan kepercayaannya akan
yang takterbekukan pengetahuan, seperti: bunyi, gerak, tubuh yang
melepasi, serta banyaknya penggunaan kata-depan "pada" yang dalam
tatabahasa umum tidak bisa berdiri sendiri tetapi dalam puisi ini
terkadang berdiri sendiri. Sedangkan syair-syairnya mengungkapkan
sensualitas seseorang yang sedang dilanda asmara. Imaji-imaji dalam
puisi ini bergerak di antara ruang sempit: ranjang, kamar mandi, dan
pagi. Serta dalam modus ketelanjangan.
Hari/Tanggal: Rabu, 4 April 2012
Waktu: Pkl. 16.30-18.15 WIB
Tempat: Kedai Tjikini, Jl. Cikini Raya 17, Jakarta Pusat
Pembahas: Ayu Utami
Moderator: Olin Monteiro
Musikalisasi & Pembacaan Puisi: Sahat Tarida, Masita Riany, Ine Febriyanti, Qorihani, Gerakan Indonesia Membaca Sastra, dll
Besar harapan kami agar Ibu/Bapak dapat meliput acara ini. Atas perhatian Ibu/Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Demi Keadilan, Kesetaraan, dan Kemanusiaan
Ellin Rozana, S.Si
Direktur Eksekutif
Contact: 08159074798
INSTITUT PEREMPUAN - WOMEN'S INSTITUTE
Jl. Dago Pojok No. 85, Rt.007/Rw.03, Coblong
Jl. Dago Pojok No. 85, Rt.007/Rw.03, Coblong
Bandung 40135
Jawa Barat, INDONESIA
Tel./Fax. +62.22.2516378; Email: institut_perempuan@yahoo.com
Website: www.institutperempuan.or.id, www.institutperempuan.blogspot.com
(http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/22/personal-political-valentina-sagala.html)
Website: www.institutperempuan.or.id, www.institutperempuan.blogspot.com
(http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/22/personal-political-valentina-sagala.html)
Judul Buku : KREDO dan PUISI-PUISI FEMINIS “SEPERTI PAGI”
Spesifikasi: 68 hlm, 12 x 15,5 cm.
Spesifikasi: 68 hlm, 12 x 15,5 cm.
ISBN/Cetakan : 978-979-98392-8-2, I, April 2012
Penerbitan Buku ini bersifat non profit dan manfaatnya digunakan untuk Program-Program Institut Perempuan.
R. Valentina Sagala,
lahir di Jakarta, 9 Agustus 1977, adalah feminis yang telah
mendedikasikan hidupnya sebagai aktivis hukum dan hak asasi manusia.
Lebih dari sepuluh tahun terakhir, ia menulis artikel, esai, puisi,
cerpen, di berbagai media massa dan jurnal. Bukunya antara lain “Pelacur
vs His First Lady?” (2004),
“Percakapan tentang Feminisme versus Neoliberalisme” (2004) bersama
Arimbi Heroepoetri, “Memberantas Trafiking Perempuan dan Anak”,
“Pergulatan Feminisme dan Hak Asasi Manusia” ditulis bersama Ellin
Rozana (2007), “Perlindungan Pekerja Rumah Tangga/Anak di Indonesia:
Peta Arah Hukum” (2008), dan “Tentang Cinta: Kumpulan Tulisan tentang
Perempuan dan Anak” (2009). Ia telah pula menjadi editor sejumlah
terbitan. Pidato Kebudayaan “Rasa Cinta (dan Pikir Cinta)” terbit
Agustus 2011, disertai bahasa Inggris “Sense of Love (and Thoughts of
Love)”.
“SEPERTI
PAGI” adalah Antologi Puisi pertama yang meneguhkannya juga sebagai
penyair feminis, berisi Puisi-Puisi yang khusus dibuat setiap hari
(pagi) sejak 9 Juli-9 Agustus 2011, ditampilkan di facebook:Valentina
Sagala.
SALAH
satu keunikan buku ini ialah bahwa penyairnya memperlakukan hubungan
cintanya dengan puisinya seperti hubungan cinta seseorang (“aku”) dengan
kekasihnya (“kamu”). Dua bentuk hubungan cinta ini berkelindan,
jalin-menjalin, dalam momen yang entah, tak terjelaskan. “Puisi ada-lah ‘aku tidak tahu’,” demikian bunyi salah satu ayat Credo
dalam buku ini. Dalam situasi “ketidaktahuan” itulah puisi-puisi
Valentina bergerak antara rasa cinta dan --meminjam istilah Valentina --
pikir cinta. Baris “Bukankah puncak berada di dasarku?” dalam puisi
“Kaki Ranjang”, misalnya, menantang logika dan kesadaran kita tentang
bagaimana perempuan memandang dan mempertanyakan keberadaan dirinya
sendiri, tubuhnya sendiri.
Joko Pinurbo, penyair
MEMBACA
puisi-puisi ini, saya merasa dalam lapisan pemahaman berikutnya—betapa
cinta adalah sesuatu itu genting. Kegentingan yang membuat kata-kata
mengambil narasi dan penandanya sendiri dalam tubuh. Sensualitas, waktu
yang hadir mengendap, atau realitas eksistensi dan ruang kepunahan.
Lepas dari pelabelannya—Puisi-puisi Feminis—Valentina
Sagala telah menawarkan sebuah strategi tersendiri dalam menghadirkan
gagasan kesadaran ihwal relasi manusia dan cinta. “Puisi-puisi ide”
yang ditating dari momen keseharian. Usai membaca membaca buku ini,
diam-diam saya merasa cemburu pada orang kedua (kamu) yang selalu disebut di setiap puisi.
Ahda Imran, penyair
VALENT,
aku mengenalnya feminis gigih, tak kenal kompromi. Ia menanggung nyeri
dan lelah. Kini ia terlempar dalam ruang galau, bergulat mencari ada, dalam cinta
tiba-tiba menyergap. Kredo dan puisi-puisi feminis ini adalah suara
menjelang absurditas. Aku berharap esok atau lusa penyair feminis ini
akan mencipta tarian-tarian mabuk, diiringi ney mendayu. Seperti Rumi. Larut di sepanjang malam, membara hingga pagi datang.
Husein Muhammad, komisioner Komnas Perempuan
CINTA
seolah tak pernah letih menyihir. Banyak orang, dari zaman ke zaman,
tertenung sihir cinta dan berusaha menangkap serta menyatakan kembali
kekuatannya. Valentina, melalui Seperti Pagi ini, seolah tak hirau pada risiko itu. Seolah tanpa beban ia mencoba merengkuh dan menubuhi cinta.
Sitok Srengenge, penyair
"FEMINIS, jatuh cinta, puisi", sungguh ramuan marketing menggelitik. Tapi itu bagus, agar semakin banyak orang membuka buku puisi ini. Di era 'bahasa gaul' yang mendominasi saat ini, bahasa puisi yang indah bisa menajamkan kembali kemampuan kita berkomunikasi secara halus dan peka dalam bahasa Indonesia kita.
Petty S Fatimah, Editor In chief - Chief Community Officer Femina Magazine
PAGI
bisa merujuk pada momen kontradiktif, kesegaran penuh harapan tentang
masa depan, kegelisahan. Pagi juga "ruang antara" yang memberi kita
kenyamanan berkontemplasi, mengevaluasi malam, dan merencanakan hari
ini. Pun pagi adalah kembalinya kesadaran dan rasa yang bisa ditemukan
melalui jejak-jejak pada tubuh, pikiran, ingatan hingga mimpi. Dalam
suasana ini, percikan ide dan rasa R. Valentina Sagala--yang saya kenal
sebagai perempuan aktivis-feminis yang gigih--menemukan kesegaran,
sekaligus daya kuat kontemplasi.
Mohamad Guntur Romli, penulis & aktivis
WOW!
Inilah kejutan lain lagi dari Valent, yang terus menulis dan memberi
angin segar kreatifitas seorang yang mengindentifikasi secara gamblang
sebagai feminis. Kali ini, sebuah karya kreatif puisi, yang mengejutkan
dalam bentuk dan isi. Valent, memerdekakan diri dari keterkungkungan kata dan dalil/aturan kredo dalam bentuk puisi menarik, ciamik dan cerdas! Kental refleksi tajam seorang feminis.
BJD. Gayatri, aktivis, penikmat & pemerhati sastra
TIAP
kata dalam larik dan bait puisinya adalah kata perempuan. Val adalah
pejuang, feminis. Ketika jatuh cinta, ia bawa pengalaman cinta, bugil,
bingung, sakit, perih, serta tawanya bersama perempuan lain. Pujaan
hatinya -sang lelaki- pun tak selalu sendiri. Ia bisa datang dalam gelap
bersama nafsu laki-laki lain, kerakusan lembaga, kedoliman negara.
Puisi Val menjerit, sampai ke telinga, mata, hati, juga jantung kita.
Leya Cattleya, independent consultant & peneliti
Comments
Post a Comment