Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Sastra Reboan Angkat Tragedi 12 Mei 1998

Bila kamu melangkahkan kaki pada hari Rabu malam di akhir bulan menuju Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, Jakarta. Maka kamu pasti akan menjumpai sebuah panggung sastra yang menyajikan seni, diskusi, puisi, cerpen bahkan musik sekalipun. Sastra Reboan, Sebuah acara yang digagas oleh Paguyuban Sastra Rabu Malam (PaSar MaLam) sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra selalu hadir di minggu terakhir tiap bulannya, pada hari Rabu sejak April 2008 lalu. Ada yang spesial pada Reboan ke 26 ini dengan hadirnya Joko Pinurbo. Seorang sastrawan asal Yogya yang tenar dengan karya puisi dan sajak-sajaknya. Dia yang biasanya enggan hadir jika diundang dalam acara sastra, entah kenapa kali ini ia menyempatkan untuk membacakan karya-karyanya pada puncak acara.

Mahnet Sastra di Ajang “Sastra Reboan”

0 in Share Malam ini tepatnya pukul 8:00 saya menyempatkan diri untuk memenuhi rasa penasaran saya yang selama ini belum terpenuhi, yakni menghadiri paguyupan sastra reboan di wapres bulungan yang letaknya di kawasan bulungan blok-M.   Semula saya sudah berangan-angan pasti suasananya meriah karena disana di hadiri para pengiat sastra dan penyair-penyair muda yang potensial tentunya. Mungkin juga karena saya yang datang agak terlambat sehingga hanya menyimak dua sajak saja yang di bawakan oleh seorang anak kecil usia belasan yang konon datang dari ciamis karena saking ngebetnya pingin berpartisipasi dan mbak cisca yang konon datang dari papua. tapi tidak mengapa karena tak kalah hebohnya ketika nenek Nani Tanjung melantunkan Dongengnya yang menurut saya sangat melankolis namun agak sedikit narsis. Begitu pun tak membuat saya kecewa-kecewa banget lantaran ada musisi dari jepang kalau...

“PEMBERONTAKAN SUNYI” DI SASTRA REBOAN

“Paguyuban Sastra Rabu Malam yang menyelenggarakan kegiatan Sastra Reboan bagi saya memiliki keunikan tersendiri. Paguyuban ini tidak berpretensi untuk menciptakan suatu jender tertentu yang dikendalikan oleh tokoh tertentu, dan ini menjadi sesuatu yang positif karena sebagai paguyuban terbuka terhadap berbagai kemungkinan bahkan terbuka untuk berbagai kalangan.” “Saya kira sulit menemukan komunitas yang cair dan terbuka seperti ini,” ujar Joko Pinurbo, penyair ternama yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, dalam bincang seputar komunitas di Sastra Reboan ke-26, Rabu (26/5/2010) malam di Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, Jakarta Selatan. Bincang tentang komunias sastra yang dipandu oleh Akmal Nasery Basral, cerpenis yang juga wartawan, juga menghadirkan penyair Heru Emka, cerpenis Kurnia Effendi, musisi yang juga penyair Remmy Soetansyah dan penyair Aan Mansyur dari Makassar. Jokpin, panggilan Joko Pinurbo, sendiri tak pern...

Restu di Sastra Reboan

Menghadiri undangan baca puisi bersama Majelis Sastra Bandung di Sastra Reboan Bulungan Jakarta, 31 Maret 2010 Sumber: Restu di Sastra Reboan

Kesenian Masih Dianggap Komoditas Pariwisata!

Sungai waktu telah mengantarkan seorang penyanyi bernama Franky Sahilatua menjadi pemberontak, petualang dan pejuang kemanusaian lewat seni. Dengan sadar ia melepaskan dirinya dari industri rekaman sejak 1996 lalu, tetap menciptakan lagu dan bernyanyi di segala panggung. Seorang seniman harus menciptakan panggung-panggungnya perspektif yang melebar. Apakah seniman perlu partai politik sebagai panggungnya? Franky yang telah menelorkan banyak lagu abadi bersama adiknya, Jane seperti “Perjalanan” atau “Musim Bunga” dengan ringan mengatakan “ketika bernyanyi, seniman telah berpolitik. Tak perlu panggung parpol untuk berpolitik. Saya pernah menyanyi di perahu dan nelayan mendengarkan di tepi pantai, atau di selatan Cianjur dengan padi-padi menjadi hiasan”.