Skip to main content

Mengapa Saya Begitu Mencintai Batik Tulis Klasik?

Selalu ada cerita dan filosofi yang mendalam dari sehelai kain batik tulis yang dibuat sesuai dengan motif dan coraknya. Corak tersebut merupakan simbol – simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya dan diciptakan bukan berdasar nilai estetika belaka.

Namun pembuatan itu juga berdasarkan harapan – harapan yang kemudian dituangkan dalam bentuk banyak simbol. Dalam pembuatannya, dimana tiap detail dibuat dengan begitu teliti, penuh ketenangan, kesabaran dan keseimbangan hati, pikir dan jiwa. Proses pembuatannya, begitu sakral dan maha karya bagi saya.


Dari sekian banyak koleksi batik tulis yang saya miliki, sebagian besar merupakan batik tulis lawasan dan kebanyakan adalah batik 3 ( tiga ) negeri yang menjadi salah satu mahakarya yang begitu melegenda dalam dunia batik.



Batik tiga negeri

Kenapa melegenda dan mendunia? Karena batik 3 (tiga) negeri merupakan perpaduan dari berbagai batik yang ada di 3 (tig ) tempat yaitu Lasem, Pekalongan dan Solo.


Sangat menarik pada proses pembuatannya yang sangat rumit dan panjang.


Ketika melakukan pewarnaan pun hanya dapat dilakukan di masing – masing tempat / kota. Warna merah dilakukan di Lasem, warna biru di Pekalongan, dan warna coklat di Solo.


Batik 3 (tiga) negeri memang mahakarya yang begitu indah dan makna filosofinya bernilai tinggi dan historis. Dan di antara koleksi batik tulis motif – motif lainnya, salah satunya yaitu motif semen.


Ada satu koleksi motif batik semen favorite saya, yaitu sogan semen prabu lawas antik berlapis prada. Filosofi dari motif semen prabu ini diindentikkan dengan kedudukan tinggi seseorang.



Sebuah permohonan supaya bisa mencapai kelanggengan yang luhur dan bisa memberikan pengayoman dalam kehidupan, sehingga batik ini bisa dipakai siapa saja dan tergolong batik tengahan.

Perlu kita sadari banyaknya kekayaan corak dan motif dari batik Indonesia menjadikannya bernilai seni tinggi dan bahwa batik adalah cerminan Indonesia tentang keberagaman dan keterbukaan akulturasi, yang maksudnya adalah, adanya perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut.



Batik adalah Indonesia

Karena itu mari merawat, mencintai dan melestarikan batik Indonesia dengan cara mengenal dan mengetahui lebih mendalam, bangga mengenakannya, dan belajar melakukannya (seni membatik).


Sadari dan ingatlah di tiap kain batik tulis yang kita kenakan, ada karya seni yang bernilai tinggi serta keringat dan jerih payah pembuat batik disana.


Masita Riany, kolektor batik dan pengamat seni budaya, tinggal di Jakarta


Sumber: Mengapa Saya Begitu Mencintai Batik Tulis Klasik?

Comments

Popular posts from this blog

SALAM SASTRA, Komunitas KAMPOENG JERAMI Luncurkan Buku Kumpulan Puisi Berjudul “TITIK TEMU”

RBI, BENGKULU - Bertepatan dengan peringatan Hari Ham se-dunia ke-66 yang jatuh pada hari ini, Rabu, 10 Desember 2014 maka dengan resmi Komunitas Kampoeng Jerami meluncurkan buku kebanggaan mereka yang diberi judul “Titik Temu”. Setelah melalui berapa tahapan mulai dari pengumpulan naskah, lay out, dan editing antologi puisi yang berupaya merekam sem ua catatan kecintaan pada sesama ini akhirnya menyeruak di dunia sastra Indonesia.  Rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ucapan terima kasih kepada seluruh penulis, teman, kawan, guru, dan tangan-tangan yang memiliki kepedulian pada Komunitas Kampoeng Jerami dengan telah membantu segala proses, baik dari proses awal sampai akhirnya nanti buku ini mampu hadir di beberapa wilayah dan daerah sebagai pintu masuk dalam mengampanyekan untuk saling kasih dan sayang terhadap sesama, lingkungan, serta alam semesta yang menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap kebutuhan dasar sebagai manusia.

Titik Temu Hingga Tari Salsa di Sastra Reboan

“Asupan”, kata yang sering terdengar,dipakai untuk pentingnya gizi bagi manusia. Kata yang unik karena tak ditemukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan adanya di kamus Bahasa Sunda.Asupan berasal dari kata “asup” yang artinya sama dengan “masuk”di KBBI. Asupan tak hanya untuk soal gizi, kita pun hidup dengan banyak mendapat asupan, entah itu dalam seni modern, komunikasi dan lainnya. Namun, kita juga mendapat asupan dari diri sendiri, dari para pemimpin yang sayangny a tidak memberikan gizi bagus. Tak usah bicara dunia politik yang makin semrawut, sastra pun masih jadi anak tiri, tak pernah disinggung oleh petinggi Negara. Sastra Reboan mencoba mengambil tema “Asupan” dengan harapan ada yang bisa masuk dalam relung kesadaran kita dari para pengisi acara nanti.

Monolog: Ibu, Dimanakah Pancasila?

Nasionalisme adalah modal bagi anak bangsa untuk mempertahankan kedaulatan  seluruh rakyat dengan pilar kearifan lokal yang menjadi tiang budaya bangsa sebagai penyaring budaya luar agar menjadi bangsa yang memiliki identitas dan berkepribadian. Telah dirumuskan Pancasila oleh para pendiri bangsa sebagai dasar dan pondasi negara, mencakup kemajemukan yang dilambangkan sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dimana arti perbedaan bukanlah celah untuk terpecah-belah, tetapi justru celah yang harus diisi oleh kesatuan paham dalam semangat Nasionalisme. Karena itu, mari kita tanyakan kepada Sang Ibu …..… Ibu, Dimanakah Pancasila? Seorang anak bertanya kepada ibunya, Ibu, dimanakah Pancasila? Bukankah ia rumah kita? Bukankah ia identitas bangsa kita? Sembari tersenyum, Sang Ibu berkata, Anakku, Pancasila itu ada di sekeliling kita, Banyak manusia bisa melihat sekeliling dengan matanya, Tetapi mereka tak bisa melihat dengan hati nurani Ia ada di detak jantung buruh-buruh yan...