Skip to main content

Kampoeng Jerami Akan Luncurkan "Titik Temu" di RRI Sumenep

Kampoeng Jerami sebagai komunitas para sastrawan akan meluncurkan antologi puisi “Titik Temu”, dengan mengangkat tema Hak Asasi Manusia (HAM) yang merupakan buku kumpulan puisi dari sejumlah karya penyair tanah air dan luar negeri. 

Antologi puisi yang diluncurkan Minggu, 4 Januari 2015 pagi, ditempatkan di RRI Stasiun Sumenep akan dihadiri sejumlah penyair yang nantinya akan dilanjutkan diskusi sastra.

Ketua Kampoeng Jerami Fandi Kacong menyebutkan, ada sekitar 60 penyair yang terdiri dari berbagai daerah di Indonesia, di samping itu juga Komunitas Kampoeng Jerami mendapatkan kepercayaan para penyair Nasional, seperti Korrie Layun Rampan, dan beberapa penulis ternama lainnya. 

“Meski memang semua terbuka dan dibuka untuk semua orang, maka keberagaman faktor, perbedaan usia, profesi, agama dan lamanya proses tidak menjadi perbedaan pada buku ini sebab semua menjadi lebur pada satu titik dan bertemu di titik kemanusiaan”, ungkap Fandi.

Selain itu penerbitan Buku Titik Temu sebagai media kampanye gerakan HAM yang selama ini masih belum mendapat perhatian serius oleh sejumlah pihak di Indonesia “Lewat sastra merupakan cara tersendiri agar masyarakat lebih peduli terhadap persoalan HAM”, ujar Fandi.

Dalam acara peluncuran akan hadir 60 penyair dari Indonesia, Korea dan Taiwan, antara lain: Acep Zamzam Noor; Ady Harboy; Aji Saputra; Alex R. Nainggolan; Alra Ramadhan; Ariany Isnamurti; Bayu Taji; Bunda Umy; Cici Mulia Sary; Ciek Mita Sari; Dedy Tri Riyadi; Dewi Nova; Dita Ipul; Djemi Tomuka; Edy Samudra Kertagama; Fendi Kachonk; Handry TM; Hasmidi Ustad; Indarvis Inda; Jamal D. Rahman; Joko Bibit Santoso; Julia Asvina; 2Khifdi Ridho; Korrie Layun Rampan; Lara Prasetya; Lia Amalia Sulaksmi; Lilis A Md; Mariana Amiruddin; Masita Riany; Maulidia Putri; Meitha KH; M. Faizi; Mohammad Arfani; Much. Khoiri; Muhammad Zamiel El-Muttaqien; Nissa Rengganis; Retha; Reza Ginanjar; Saifun Arif Kojeh; Sastri Bakhry; Saut Poltak Tambunan; Senandung Sunyi Chamelia; Setyo Widodo; Shinta Miranda; Siti Noor Laila; Soetan Radjo Pamunjak; Sofyan RH. Zaid; Sulis Setiyorini; Syaf Anton; 50. Syarifudin Arifin Dua; Tengsoe Tjahjono; Umirah Ratama; Hartaty Upik; Vebri Al Lintani; 55. Warih Subekti; 56. Weni Suryandari; Yanuar; Yenni Arfrita; Yonathan Rahardjo; Yuli Nugrahani. 
 

Comments

Popular posts from this blog

Titik Temu Hingga Tari Salsa di Sastra Reboan

“Asupan”, kata yang sering terdengar,dipakai untuk pentingnya gizi bagi manusia. Kata yang unik karena tak ditemukan di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan adanya di kamus Bahasa Sunda.Asupan berasal dari kata “asup” yang artinya sama dengan “masuk”di KBBI. Asupan tak hanya untuk soal gizi, kita pun hidup dengan banyak mendapat asupan, entah itu dalam seni modern, komunikasi dan lainnya. Namun, kita juga mendapat asupan dari diri sendiri, dari para pemimpin yang sayangny a tidak memberikan gizi bagus. Tak usah bicara dunia politik yang makin semrawut, sastra pun masih jadi anak tiri, tak pernah disinggung oleh petinggi Negara. Sastra Reboan mencoba mengambil tema “Asupan” dengan harapan ada yang bisa masuk dalam relung kesadaran kita dari para pengisi acara nanti.

SALAM SASTRA, Komunitas KAMPOENG JERAMI Luncurkan Buku Kumpulan Puisi Berjudul “TITIK TEMU”

RBI, BENGKULU - Bertepatan dengan peringatan Hari Ham se-dunia ke-66 yang jatuh pada hari ini, Rabu, 10 Desember 2014 maka dengan resmi Komunitas Kampoeng Jerami meluncurkan buku kebanggaan mereka yang diberi judul “Titik Temu”. Setelah melalui berapa tahapan mulai dari pengumpulan naskah, lay out, dan editing antologi puisi yang berupaya merekam sem ua catatan kecintaan pada sesama ini akhirnya menyeruak di dunia sastra Indonesia.  Rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ucapan terima kasih kepada seluruh penulis, teman, kawan, guru, dan tangan-tangan yang memiliki kepedulian pada Komunitas Kampoeng Jerami dengan telah membantu segala proses, baik dari proses awal sampai akhirnya nanti buku ini mampu hadir di beberapa wilayah dan daerah sebagai pintu masuk dalam mengampanyekan untuk saling kasih dan sayang terhadap sesama, lingkungan, serta alam semesta yang menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap kebutuhan dasar sebagai manusia.

Monolog: Ibu, Dimanakah Pancasila?

Nasionalisme adalah modal bagi anak bangsa untuk mempertahankan kedaulatan  seluruh rakyat dengan pilar kearifan lokal yang menjadi tiang budaya bangsa sebagai penyaring budaya luar agar menjadi bangsa yang memiliki identitas dan berkepribadian. Telah dirumuskan Pancasila oleh para pendiri bangsa sebagai dasar dan pondasi negara, mencakup kemajemukan yang dilambangkan sebagai Bhinneka Tunggal Ika. Dimana arti perbedaan bukanlah celah untuk terpecah-belah, tetapi justru celah yang harus diisi oleh kesatuan paham dalam semangat Nasionalisme. Karena itu, mari kita tanyakan kepada Sang Ibu …..… Ibu, Dimanakah Pancasila? Seorang anak bertanya kepada ibunya, Ibu, dimanakah Pancasila? Bukankah ia rumah kita? Bukankah ia identitas bangsa kita? Sembari tersenyum, Sang Ibu berkata, Anakku, Pancasila itu ada di sekeliling kita, Banyak manusia bisa melihat sekeliling dengan matanya, Tetapi mereka tak bisa melihat dengan hati nurani Ia ada di detak jantung buruh-buruh yan...