Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Kampoeng Jerami Akan Luncurkan "Titik Temu" di RRI Sumenep

Kampoeng Jerami sebagai komunitas para sastrawan akan meluncurkan antologi puisi “Titik Temu”, dengan mengangkat tema Hak Asasi Manusia (HAM) yang merupakan buku kumpulan puisi dari sejumlah karya penyair tanah air dan luar negeri.  Antologi puisi yang diluncurkan Minggu, 4 Januari 2015 pagi, ditempatkan di RRI Stasiun Sumenep akan dihadiri sejumlah penyair yang nantinya akan dilanjutkan diskusi sastra. Ketua Kampoeng Jerami Fandi Kacong menyebutkan, ada sekitar 60 penyair yang terdiri dari berbagai daerah di Indonesia, di samping itu juga Komunitas Kampoeng Jerami mendapatkan kepercayaan para penyair Nasional, seperti Korrie Layun Rampan, dan beberapa penulis ternama lainnya.  “Meski memang semua terbuka dan dibuka untuk semua orang, maka keberagaman faktor, perbedaan usia, profesi, agama dan lamanya proses tidak menjadi perbedaan pada buku ini sebab semua menjadi lebur pada satu titik dan bertemu di titik kemanusiaan”, ungkap Fa...

Penerbitan Titik Temu Bentuk Penghormatan HAM

Bandar Lampung--Sebanyak 60 penyair tergabung dalam buku antologi sajak Titik Temu. Buku puisi ini diterbitkan Komunitas Kampoeng Jerami untuk memperingati hari Hak Asasi Manusia (HAM), 10 Desember lalu. Dalam kata pengantarnya, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Siti Noor Laila mengatakan karya sastra menjadi salah satu bagian yang harus dikembangkan sebagai salah satu cara dalam mengembangkan penghormatan martabat manusia dan penghargaan terhadap HAM. Indonesia, kata Laila, masih menyimpan banyak persoalan HAM. Soal kebebasan beragama, pejuang HAM yang dikriminalkan, tanah rakyat yang diambil paksa dengan harga murah, buruh dibayar murah, dan seterusa. Namun, juga harus kita akui pascarezim Orde Baru ada beberapa kemajuan dalam pengakuan dan penghayatan HAM, misalnya ditandai dengan lahirnya beberapa kebijakan.

SALAM SASTRA, Komunitas KAMPOENG JERAMI Luncurkan Buku Kumpulan Puisi Berjudul “TITIK TEMU”

RBI, BENGKULU - Bertepatan dengan peringatan Hari Ham se-dunia ke-66 yang jatuh pada hari ini, Rabu, 10 Desember 2014 maka dengan resmi Komunitas Kampoeng Jerami meluncurkan buku kebanggaan mereka yang diberi judul “Titik Temu”. Setelah melalui berapa tahapan mulai dari pengumpulan naskah, lay out, dan editing antologi puisi yang berupaya merekam sem ua catatan kecintaan pada sesama ini akhirnya menyeruak di dunia sastra Indonesia.  Rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta ucapan terima kasih kepada seluruh penulis, teman, kawan, guru, dan tangan-tangan yang memiliki kepedulian pada Komunitas Kampoeng Jerami dengan telah membantu segala proses, baik dari proses awal sampai akhirnya nanti buku ini mampu hadir di beberapa wilayah dan daerah sebagai pintu masuk dalam mengampanyekan untuk saling kasih dan sayang terhadap sesama, lingkungan, serta alam semesta yang menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap kebutuhan dasar sebagai manusia.

Headline | Peringati Hari HAM, Komunitas Kampoeng Jerami Luncurkan Buku Antologi Puisi “Titik Temu”

Bengkulutoday.com - Setelah beberapa waktu lalu Cici Mulia Sari, M.Pd., meluncurkan antologi puisi Jalan Bersama. Rabu, 10 Desember 2014, bertepatan dengan peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) se-dunia kembali meluncurkan buku antologi puisi “TITIK TEMU”. Buku antologi puisi ini merupakan antologi puisi yang kedua setelah antologi Hujan dari  Komunitas Kampoeng Jerami. Cici Mulia Sary yang juga merupakan relawan Komunitas Kampoeng Jerami ini, merupakan salah satu penulis dari antologi puisi Titik Temu yang bertema “ Berangkat dari keberagaman, bertemu dalam penghormatan pada martabat manusia” Meski dengan tertatih dan dengan perjuangan keras empat orang relawan Komunitas Kampoeng Jerami yang berbeda kota domisili bahkan ada yang berbeda negara, yakni Cici Mulia Sary dari Bengkulu, Yuli Nugrahani dari Lampung, Fendi Kachonk dari Madura, dan Umirah Ramata dari Taiwan, akhirnya mereka mampu mewujudkan mimpi mereka hingga buku antologi ini ...

Antologi Puisi TITIK TEMU : Perhormatan pada Hak Asasi Manusia

Sejumlah 60 penyair tergabung dalam buku Antologi Puisi TITIK TEMU, yang diterbitkan oleh Komunitas Kampoeng Jerami pada hari Hak Asasi Manusia (HAM), 10 Desember lalu. Mereka datang dari berbagai kota di Indonesia, bahkan yang tinggal di Taiwan dan Korea, yaitu Acep Zamzam Noor, Ady Harboy, Aji Saputra, Alex R. Nainggolan, Alra Ramadhan, Ariany Isnamurti, Bayu Taji, Bunda Umy, Cici Mulia Sary, Ciek Mita Sari, Dedy Tri Riyadi, Dewi Nova , Dita Ipul,   Djemi Tomuka, Edy Samudra Kertagama, Fendi Kachonk, Handry TM, Hasmidi Ustad, Indarvis Inda, Jamal D. Rahman, Joko Bibit Santoso, Julia Asviana, Khifdi Ridho, Korrie Layun Rampan, Lara Prasetya, Lia Amalia Sulaksmi, Lilis A Md, Mariana Amiruddin, Masita Riany, Maulidia Putri, Meitha KH, M. Faizi, Mohammad Arfani, Much. Khoiri, Muhammad Zamiel El-Muttaqien, Nissa Rengganis, Retha, Reza Ginanjar , Saifun Arif Kojeh , Sastri Bakry, Saut Poltak Tambunan, Senandung Sunyi Chamellia, Setyo Widodo , Shinta Miranda, Siti Noor Laila, Soetan...

Puisi dan Jiwa Pengusaha

JAKARTA, KOMPAS.com --Pengusaha jangan hanya dilihat sebagai sosok yang berbisnis meraup keuntungan besar saja, tak peduli dengan lingkungan. Mereka pun punya kepekaan sosial, kenyataan sehari-hari yang dicerna dengan nurani, dan juga punya kegelisahan tersendiri akan kejadian yang dihadapi. Melalui puisi, kegelisahan (dan kepedulian) itu dicatat, dibukukan, meski dalam usia yang tak lagi muda. Puisi merupakan “obat” mujarab dalam menghadapi tekanan demi tekanan, stress dan mampu menjadi penyeimbang jiwa. Puisi juga bisa menjadi ruang untuk keluar dari bayang dunia sehari-hari yang dilakoni seseorang. Di situ ada pekerjaan dan tanggungjawab yang disandang penulisnya, berangkat dari berbagai kenyataan yang dihadapi dan dinilainya dengan hati nurani.

Pentas Dua Monolog

Sebelum memasuki tahun politik seperti sekarang, negara ini sudah dicabik-cabik korupsi. Alih-alih kapok, para pelaku korupsi seolah menemukan modus-modus baru untuk mengeruk uang negara sembari menimbun pundi-pundi kekayaan diri sendiri. Lembaga negara seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti “berkejaran keahlian” dengan para koruptor di dalam mencari alibi dan modus korupsi. Pentas Dua Monolog ini akan menampilkan monolog karya Putu Fajar Arcana yang berangkat dari situasi politik dan penyelenggaraan negara yang penuh dengan tipu-daya. Banyak pejabat negara, bahkan beberapa menteri terlibat kasus korupsi. Belum lagi kasus-kasus yang menimpa para pimpinan partai politik. Peristiwa-peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kenegaraan kita itu diolah dan kemudian diekspresikan dalam bentuk monolog oleh Putu Fajar Arcana. Wartawan dan sastrawan ini menerbitkan buku berjudul “Monolog Politik” yang berisi lima monolog tentang centang-perenang kasus-kasus korupsi d...

Stamina dan Harapan 6 Tahun Sastra Reboan

Bagi suatu komunitas sastra, mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, tak perlu panjang dari segi usia, membutuhkan suatu kerja yang tak ringan. Diperlukan kesabaran, kebersamaan dan kemampuan menepis kejenuhan. Kerja itu tak terlepas dari adanya “stamina” dari pengelolanya, apalagi bagi suatu kegiatan yang secara rutin diadakan setiap bulannya, di hari kerja dan malam hari di ibukota yang identik dengan kemacetan melelahkan warganya. Namun, itu realitas yang harus dilakoni Sastra Reboan, panggung sastra yang dikelola oleh Paguyuban Sastra Rabu Malam (Pasar Malam) yang akan menjadi Yayasan Sastra Reboan. Sastra Reboan telah berusia enam tahun, sejak pertama kali dipanggungkan di Warung Apresiasi (Wapres) Bulungan, Jakarta Selatan pada 30 April 2008 dan hingga kini tetap eksis di tempat yang sama. Usia ya...

Reportase: KOPI Sastra dan Sastra Reboan

KOPI Sastra menghadiri acara Sastra Reboan ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan. Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.   Musikalisasi puisi dibawakan oleh D-Minor, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha A. Baesuni. D-Minor membawakan puisi karya Taufik Ismail dan dua buah puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu. Nugraha A. Baesuni membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul “Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api” adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah dalam perjalanan menuju Sastra Reboan malam itu, tepatnya dalam sebuah kereta api yang kami tumpangi. Selengkapnya:  Reportase: KOPI Sastra dan Sas...

Momentum Menyapa di Sastra Reboan

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam pengertian fisika, momentum adalah kecenderungan benda yang bergerak untuk melanjutkan gerakannya pada kelajuan yang konstan. Momentum merupakan besaran vektor yang searah dengan kecepatan benda. Dan momentum itulah yang menggerakkan banyak pengunjung untuk hadir di acara Sastra Reboan, Rabu (26/2/2014), di Warung Apresiasi, Bulungan, Jakarta Selatan. Dalam contoh lain, seperti disampaikan salah satu penggemar puisi, Umi Widarti, yang sudah lama tak hadir dalam acara sastra. Ia merindukan kata-kata, bercengkerama dengan teman-teman, menyerap aura sastra yang ada di Sastra Reboan. Momentum itu yang menyapa tiga jurnalis bertemu dalam wadah yang sama: membaca puisi. Mereka juga bertemu penyair lain, yang lama tak terlihat karena bermukim di Ternate. Bersama mereka naik panggung, membacakan puisinya. Pembaca puisi lainnya juga saling bertemu, karena terbelenggu kesibukan dan belum ada kebaikan hati dari waktu.

Tercipta Dari Tanah Yang Sama

Akhir tahun lalu saya mendapatkan kesempatan istimewa untuk memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional, 10 Desember 2014, dengan menjadi editor bagi sebuah buku antologi puisi bertema HAM dengan judul Titik Temu. Buku ini diterbitkan oleh Komunitas Kampoeng Jerami tepat pada hari HAM dengan melibatkan 60 penulis dari seluruh Indonesia dan dari beragam kalangan. Buku ini telah diluncurkan dan dibahas di Radio Republik Indonesia (RRI) Sumenep Jawa Timur oleh Komunitas Kampoeng Jerami pada bulan Januari 2015. Selain itu juga dibedah dalam kegiatan rutin Komunitas Sastra Reboan, Bulungan, Jakarta pada Pebruari lalu. Menyusul kegiatan-kegiatan itu, dalam tahun ini beberapa agenda komunitas lain akan menyertakan Titik Temu sebagai bahan perbincangan seperti di Tangerang, Bandung dan Bengkulu. Karena kebetulan saya terlibat di dalamnya, saya hendak memakai buku ini sebagai sumber inspirasi bagaimana martabat perempuan dimuliakan melalui tulisan-tulisan. Memang, pui...